Teruntuk Ruang di Ujung Sudut Gedung.

Bagi beberapa dari orang-orang yang mengetahui tempat itu pasti akan menganggapnya ruang biasa, aromanya kurang menyenangkan dan kurang strategis karena berdekatan dengan kamar mandi. Tapi bagiku, itu adalah ruang yang sangat luar biasa dengan segala keajaiban yang terjadi di sana.

Tempat awal mula berdirinya sebuah nama, bermulanya perkenalan-perkenalan, awal mula tawa kebahagian, rintikan tangisan, bahkan sekelumit perpisahan. Semua berasal dari ruang itu, tak ada yang bisa dilupakan dari otak ini tentangnya.

Aku rindu, rindu berbincang dengan beberapa teman di sana. Makan siang bersama sambil berbincang membentuk lingkaran berbicara tentang teman sendiri hingga kakak tingkat dengan segala gossip yang beredar, duduk santai menunggu jam-jam krusial perkuliahan. Melepas senja bersama dengan menyelesaikan tugas kuliah, menebar keramaian di gedung dengan candaan murahan tapi berkesan. Aku pun rindu, rindu menangis tersedu-sedu di sana, rindu memekik tenggorokan kepada mereka yang tak sepaham, melepas mereka yang ingin pergi.

Sejuta keajaiban dari ruang itu berhasil menyulapku menjadi pecandu rindu, ingin berkali-kali kembali ke sana dan masuk lagi beraktifitas. Kenangan-kenangan yang diukir di sana tak akan pernah bisa dihapus, semua masih tersimpan dengan rapi.

Banyak keajaiban yang sudah diberinya, mulai dari mendatangkan kehangatan teman-teman baru, tawa-tawa baru, petualangan baru dan ilmu baru. Hingga detik ini aku bisa menulis, aku bisa berbicara di depan khalayak, dan mengatur diri di sebuah perkumpulan ini semua atas keajaiban ruang di sudut gedung itu.

“ Terima kasih banyak keajaiban yang sudah kau alirkan kepadaku, aku tak bisa banyak memberi dan membalasnya kembali. Yang bisa kuberi sekarang adalah, menyimpanmu baik-baik di sudut hati yang terdalam. “

Semoga ruang di sudut gedung itu bisa terus menjadi ruang yang tersimpan baik di sudut ruang hati penghuni-penghuninya.

Bagi beberapa dari orang-orang yang mengetahui tempat itu pasti akan menganggapnya ruang biasa, aromanya kurang menyenangkan dan kurang strategis karena berdekatan dengan kamar mandi. Tapi bagiku, itu adalah ruang yang sangat luar biasa dengan segala keajaiban yang terjadi di sana.

Tempat awal mula berdirinya sebuah nama, bermulanya perkenalan-perkenalan, awal mula tawa kebahagian, rintikan tangisan, bahkan sekelumit perpisahan. Semua berasal dari ruang itu, tak ada yang bisa dilupakan dari otak ini tentangnya.

Aku rindu, rindu berbincang dengan beberapa teman di sana. Makan siang bersama sambil berbincang membentuk lingkaran berbicara tentang teman sendiri hingga kakak tingkat dengan segala gossip yang beredar, duduk santai menunggu jam-jam krusial perkuliahan. Melepas senja bersama dengan menyelesaikan tugas kuliah, menebar keramaian di gedung dengan candaan murahan tapi berkesan. Aku pun rindu, rindu menangis tersedu-sedu di sana, rindu memekik tenggorokan kepada mereka yang tak sepaham, melepas mereka yang ingin pergi.

Sejuta keajaiban dari ruang itu berhasil menyulapku menjadi pecandu rindu, ingin berkali-kali kembali ke sana dan masuk lagi beraktifitas. Kenangan-kenangan yang diukir di sana tak akan pernah bisa dihapus, semua masih tersimpan dengan rapi.

Banyak keajaiban yang sudah diberinya, mulai dari mendatangkan kehangatan teman-teman baru, tawa-tawa baru, petualangan baru dan ilmu baru. Hingga detik ini aku bisa menulis, aku bisa berbicara di depan khalayak, dan mengatur diri di sebuah perkumpulan ini semua atas keajaiban ruang di sudut gedung itu.

“ Terima kasih banyak keajaiban yang sudah kau alirkan kepadaku, aku tak bisa banyak memberi dan membalasnya kembali. Yang bisa kuberi sekarang adalah, menyimpanmu baik-baik di sudut hati yang terdalam. “

Semoga ruang di sudut gedung itu bisa terus menjadi ruang yang tersimpan baik di sudut ruang hati penghuni-penghuninya.